Rabu, 01 Mei 2013

Jangan Pandang Mereka Sebelah Mata

Pernahkan terlintas di pikiran Anda, Lebih hebat manakah kita dengan anak jalanan / pengamen? “Apakah kita yang lebih hebat”?
Mungkin bila kita melihat orang jalanan, pengamen yang selalu yang ada di benak kita adalah anak yang kotor, kumuh, dan nakal. Memang semua itu benar, tapi ada suatu hal yang lebih berharga di balik semua itu. Anak mempunyai suatu keistimewaan yang tidak kita miliki.

Apa keistimewaannya?

Begini, kalau kita lihat setiap hari mereka mampu melawan kekejaman kehidupan hanya untuk 1 tujuan yaitu mencari uang untuk hidup. Walaupun yang didapat sedikit namun mereka tetap bersyukur dan tak mengenal kata (putus asa) untuk kembali berjuang pada hari-hari selanjutnya.

Namun bagaimana dengan kita?

Kita tidak tiap hari merasakan kekejaman dunia, hanya pada waktu tertentu saja namun lebih parahnya kita selalu gampang berputus asa bila mengalami kegagalan dan yang lebih parahnya lagi kita tidak pernah mensyukuri apa yang kita punyai saat ini.

Sekarang mana yang lebih hebat? kita atau mereka?

Mereka yang kumuh, dekil, tapi mereka tau arti hidup yang sebenarnya. Nah kita yang bersih, berpendidikan, apa yang kita inginkan selalu bisa kita dapat tanpa harus meneteskan air peluh, Tetapi kita tidak tau apa itu arti hidup yang sebenarnya, kita tidak tau bagaimana susahnya bertahan hidup. Kita tidak tau bagaimana sulitnya mencari sesuap nasi tanpa bantuan orang tua.
Setiap hari kita makan makanan yang bergizi, lezat dan penuh aneka rasa. Sedangkan kita tidak tau bagaimana susahnya, mencari uang untuk membeli semua apa yang kita mau. Tetapi mereka tau …. (anak jalanan)
Demi untuk sesuap nasi mereka rela kepanasan, kehujanan, bahkan kadang ada yang mencela mereka… dengan hanya bermodal suara yang tidak begitu merdu serta alat yang bisa di jadikan musik. Tapi itu semua tidak bisa membuat mereka untuk menyerah, karna bagi mereka hidup itu memang penuh dengan perjuangan dan hidup itu bukan sebuah pilihan. Jika dengan segitu saja mereka menyerah, dengan apa nanti mereka bisa memperpanjang hidup mereka untuk esok dan dikemudian harinya.

Kesimpulannnya?

Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang tergolong masih kecil harus merasakan kerasnya sebuah kehidupan. Bahkan tidak jarang anak jalanan menjadi korban dan target tindak kekerasan. Janganlah memandang anak jalanan dengan sebelah mata, karena walaupun kita banyak perbedaan yang penting kita bersatu dalam keadaan dan kondisi apapun dan seterusnya, motivasi yang dapat kita ambil  yaitu mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka dapat dan selalu berusaha agar bisa menjadi yang terbaik. Jadi.. hargailah mereka, mereka juga sama seperti kita, tunjukkan kalau kita bersaudara, derita mereka derita kita juga...

Ketika Dicerca

Pada suatu pagi, seorang guru muda berjalan melintasi sebuah desa. Walaupun usianya baru menginjak 24 tahun, namun kepandaian dan kebijaksanaannya terkenal di seluruh penjuru negeri. 
Tiba-tiba, langkahnya dihentikan oleh seorang pemuda yang bertubuh tinggi besar, beraut wajah merah tampak marah dan tidak senang.

"Hei," katanya kasar. "Anda itu tidak berhak mengajari orang lain..!"

Sejurus kemudian, pemuda ini mulai berteriak menantang dan menghina guru muda ini. "Tahu tidak? Anda ini sama saja bodohnya dengan orang lain. Punya kepandaian sedikit saja, sok tahu! Badan begitu kecil nyalimu cukup besar ya. Ayoo...kalau berani kita berkelahi!"

Mendapat "serangan" dari orang yang tak dikenalnya, sang guru muda justru tersenyum dan berkata : "Teman. Jika kamu memberi hadiah untuk seseorang, tapi seseorang itu tidak mengambilnya, siapakah pemilik hadiah itu?"

Si pemuda terkejut, karena tiba-tiba diberi pertanyaan yang aneh. Spontan, ia menjawab lantang, "Pertanyaan bodoh! Tentu saja! Hadiah itu tetap menjadi milikku karena akulah yang memberikan hadiah itu."

Guru muda ini tersenyum, lalu berkata, "Kamu benar. Kamu baru saja memberikan marah dan hinaan kepada saya dan saya tidak menerimanya, apalagi merasa terhina sama sekali. Maka kemarahan dan hinaan itu pun kembali kepadamu. Benar kan? Dan kamu menjadi satu-satunya orang yang tidak bahagia. Bukan saya. Karena sesungguhnya, melampiaskan emosi kemarahan adalah sebuah proses menyakiti diri sendiri. Membangkitkan sel-sel negatif di dalam diri"

Pemuda itu terdiam, mencoba mencerna kata demi kata sang guru. Perlahan tapi pasti, kepala dan hatinya seperti tersiram air dingin, ketika mendapat sebuah kesadaran baru.

Sebelum meninggalkan sang pemuda ini, sang guru muda pun menyampaikan sebuah kata-kata bijak untuknya. "Jika kamu ingin berhenti menyakiti diri sendiri singkirkan kemarahan dan ubahlah menjadi cinta kasih. Ketika kamu membenci orang lain, dirimu sendiri tidak bahagia bahkan tersakiti secara alami. Tetapi ketika kamu mencintai orang lain, semua orang menjadi bahagia."

Pengamen Ibu Kota

terakhir gue naik bis 157 dari Karawaci lagi mau ke Jakarta nih , bus ngetem lama di Pinangsia (sebelum masuk TOL) ... naiklah para pengamen dengan jumlah 3 orang dengan mata merah dan muka kucel, 2 bawa ukulele (selanjutnya sebut saja si A dan Si B) dan 1 tangan kosong (Selanjutnya sebut saja si C),

setelah bis masuk TOL, si C berjalan dari belakang bus menyusuri lorong sambil teriak2 " MAAF BAPAK IBU OM TANTE, KAMI DISINI MAU NYANYI. KAMI TIDAK MEMAKSA BAPAK IBU OM TANTE, TAPI HANYA BERHARAP PEMBERIAN DARI BAPAK IBU OM TANTE WALAUPUN ITU 1000 ATAUPUN 2000, INGAT IBU BAPAK OM TANTE UANG TIDAK DIBAWA MATI. JANGAN SAMPE ADA ALASAN BANJIR BAPAK IBU OM TANTE KAGAK NGASIH DUIT KE KAMI, DUIT 1000 2000 KAGAK DIBAWA BANJIR OM IBU BAPAK TANTE"
muncullah si A dan Si B sambil membawa Ukulele nya dan sambil teriak2 juga " IYA IBU OM TANTE, KAMI DISINI MAU NYANYI, KAMI TIDAK MENODONG APALAGI MEMALAK IBU BAPAK OM TANTE, KAMI HANYA NGAMEN. JADI TOLONG IBU OM TANTE UNTUK NGASIH DUIT 1000 2000 NYA KE KAMI, AGAR KAMI BISA MAKAN MALAM INI"

dan mulailah bernyanyi di barengin dengan suara knalpot mesin Nissan diesel yang NGOAR NGOAR .... tapi saya mendengar nyanyinya kok bisik2 ya? tidak sekeras suara pas SAMBUTAN di awal tadi. alhasil tidak bisa tidur sepanjang perjalanan.
selepas PURIMALL, sang 'musisi' itu menyudahi konsernya, si A bersaut "UDAH AAAHH, SUARA GUE DAH SERAK"

mulailah si C mengangkat topi nya dan berjalan menuju depan bis ... sambil menggoyangkan topi, si C mulai berteriak2 lagi "MOHON SEIKHLASNYA BAPAK IBU OM TANTE, KAMI SUDAH NGAMEN MOHON BAPAK IBU OM TANTE NGASIH DUITNYA. KAMI TIDAK MALAK ATAUPUN NYOPET, KAMI HANYA PENGAMEN" dan terus ngomong sampe belakang

disautin dengan si C " BAPAK IBU TOLONG UANG 1000 2000 NYA, JANGAN SAMPE ADA ALASAN KARENA BANJIR KAGAK NGASIH DUIT 1000 2000, DUIT KAGAK DIBAWA BANJIR, SAYA TIDAK SEGAN2 BERBUAT LEBIH HANYA UNTUK MEMINTA DUIT DARI IBU BAPAK, NYAWAPUN BISA KAMI GADAIKAN, JADI TOLONG IBU BAPAK OM TANTE NGASIH DUITNYA"

yang jadi pertanyaan:
1. itu pengamen apa bukan???
2. Kenapa suaranya pas sambutan kok keras banget, sedangkan pas Nyanyi kok bisik2
3. sudah separah inikah generasi muda saat ini ???
 yang semacam ini sama meresahkannya dengan korupsi :smile: ... korupsi terasanya tidak langsung, kalo ini sangat langsung dampaknya ... orang jadi ogah naik bus karna faktor keamanan juga ... semoga pihak yang berwenang bisa membabat habis jamur macam gini ... perlukah ditembak sekalian? hihihihihihiii just kidding

Kado Terakhir...



Di sebuah perumahan terkenal di jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang ayah, sang ibu telah lama mendahuluinya pergi sejak ia masih kecil. .
Seorang gadis yg akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.
Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia sangat yakin nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu.
Diapun ber’angan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya, Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.
Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan putrinya, dan betapa dia mencintai anak itu.
Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci!
Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Jaket kulit Terkenal,di belakangnya terukir indah namanya dengan sutra emas.
Gadis itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan jaket ini untukku?”
Lalu dia membuang Jaket itu dan lari meninggalkan ayahnya.
Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia hanya berdiri mematung, tak tahu apa yg harus di lakukannya ..
Tahun demi tahun berlalu,
sang gadis telah menjadi seorang yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang wanita karir. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi suami yang tampan dan anak yang cerdas.
Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa sayangnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap buruk terhadap ayahnya.
Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka lemari pakaian ayahnya, dia menemukan Jaket itu, masih terbungkus dengan kertas kado yang sama beberapa tahun yang lalu.

sesuatu jatuh dari bagian kantong Jaket itu. Dia memungutnya.. sebuah kunci mobil! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan! Dia merogoh kantong sebelahnya dan menemukan sesuatu,, di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.
Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk disamping mobil itu, ia menangis. air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang takan mungkin bisa terobati…


Kisah Seorang Ojek Payung

Hujan rintik-rintik datang membasahi kepala saya, tanpa berpikir panjang lagi, saya pun berlari mencari tempat untuk berteduh. Malam hari begitu dingin dan didampingi dengan hujan yang makin lebat. Disela-sela dinginnya malam itu
Saya menemukan sebuah objek sasaran yang menarik, ya objek tersebut ialah ojek payung. “Payung kak,” begitulah kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Sekilas melihat payung yang mereka pinjamkan dengan postur tubuh mereka, tidaklah sesuai.
Rata-rata yang menjadi pelaku ojek payung ini sendiri ialah mereka yang masih berada di bangku SD-SMP dan tidak memiliki biaya untuk sekolah, bahkan ketika saya sempat mewawancarai dengan singkat, mereka mengatakan bahwa sehari penghasilan mereka hanya cukup untuk biaya makan. Rata-rata penghasilan mereka per hari ialah Rp20.000-Rp30.000 dan itu pun hanya tergantung dengan kondisi cuaca. Apakah hujan atau tidak ? Apabila tidak hujan, mereka memiliki pekerjaan sampingan dengan menjadi buruh bangunan atau menjadi bekerja menjadi pembantu rumahan.
 Saya sempat bertanya di mana mereka tinggal dan bersama siapa? Setelah saya menindaklanjuti wawancara singkat saya dengan mereka, hal yang sungguh mengejutkan ternyata di bagian Lippo Karawaci juga terdapat daerah yang belum tersentuh atau dapat disebut sebagai daerah non-elit.
Menurut saya, gambaran Ojek payung sendiri ialah sebuah gambaran ironis. Yang kaya semakin kaya (dalam artian mereka yang melakukan tindakan korupsi), sedangkan mereka yang bekerja keras dan jujur seringkali dituduh dan ditindas.
Gambaran Ojek Payung ini sendiri saya angkat agar kita semua sebagai orang yang lebih berkecukupan dapat membantu sesama kita untuk meneruskan generasi bangsa kita yang sudah bobrok ini, terutama dalam segi pendidikan.