Jumat, 27 September 2013

AKU MEMANG TAK SEPERTI MANTANMU!



Bianca menatap jam tangannya berkali-kali. Detak dari jam yang melingkar manis dipergelangan tangannya sejak tadi terus menemani kesediriannya. Wajahnya cemas, bibirnya terkunci rapat, jemari tangan kirinya mengisi celah-celah kecil jemari tangan kanannya.Sesekali ia menyilangkan tangan di dadanya, ia merasa kedinginan. Bianca kembali menatap jarum jam, setelah itu ia memerhatikan awan yang semakin gelap dan rintik hujan yang semakin deras, wajahnya cemasnya semakin terlihat jelas. “Kevin belum juga pulang.” ucapnya perlahan dalam hati. Disentuhnya plastik berisi dua bungkus nasi goreng
yang ia beli di sebuah kedai makan mungil di ujung jalan, makanan itu sudah dingin, tak lagi hangat seperti
awal ia datang ke tempat kost Kevin. Dua jam sudah ia menunggu, sementara Kevin tak kunjung pulang.
Kevin juga tak membalas pesan singkat yang dikirim Bianca untuknya. Hujan semakin deras, Bianca semakin cemas. Bianca tetap saja melihat handphone-nya, meskipun tak ada satu pesan pun dari Kevin, meskipun
Kevin tak kunjung memberi kabar. Terdengar derap suara mobil dari luar pagar, seseorang keluar dari mobil itu. Pria itu berlari-lari kecil lalu membuka pagar, kini pria itu berdiri tepat di depan Bianca. Bianca tersenyum lega.“Kamu baru pulang? Sama siapa? Kehujanan ya?” tanya Bianca, masih dibalut wajah cemasnya. “Kamu ngapain di sini sih?!” ujar Kevin setengah membentak. “Aku mau bawain kamu nasi goreng. Kemarin, kamu sms ke aku katanya lagi pengen nasi goreng yang di ujung jalan itu, jadi aku beliin aja. Dimakan ya?” jelas
Bianca dengan simpul senyum kecil bibirnya. Kevin mengalihkan pandangannya, ia tak mau menatap Bianca, “Cewe bego! Pulang lo! Udah malem! Hujan juga kan!” bentaknya dengan nada tinggi. Bianca hanya menatap sosok Kevin dengan wajah bingung, bentakan keras Kevin membuatnya mundur satu langkah dari posisi ia berdiri diawal. “Tadi kamu pulang sama siapa?” tanya Bianca menahan rasa sedihnya. “Sama mantanku, kenapa? Eh, aku heran deh sama kamu, seneng banget nungguin aku, kayak mantanku dong, orangnya enggak suka nunggu, kecuali kalau diminta!” jawab Kevin enteng, dengan wajah seakan-akan ia tak menyakiti hati Bianca. “Oh…” ungkap Bianca menahan amarah. “Syukurlah kalau kamu bisa pulang sama dia, kamu juga enggak terlalu kehujanan. Ini nasi gorengnya, kamu makan ya. Aku mau pulang dulu.” “Bawa aja nasi gorengnya, aku tadi udah makan kok sama dia.” tungkas Kevin dengan nada enteng. “Enggak usah, kamu bawa aja. Aku pulang ya. Nanti langsung mandi dan keramas habis itu minum teh hangat supaya kamu enggak kedinginan.” tegas Bianca sambil menatap wajah Kevin dengan penuh perhatian. Kevin tetap membuang muka, sesekali Kevin menatap Bianca. Pandangannya mencuri-curi celah untuk menatap Bianca. Tapi, tetap saja dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa Kevin
tak peduli dengan Bianca. Kevin tak peduli dan tak mau tahu rasa khawatir yang Bianca simpan dalam -dalam. Padahal, rasa khawatir adalah wujud dari rasa cinta dan perhatian. Perhatian yang diabaikan layaknya rasa sakit yang diam-diam menghujam. Itulah yang dirasakan Bianca. Ia pulang dengan rasa hampa.
Ia pulang dengan gerimis kecil dimatanya, gerimis itu bernama air mata. *** Suara mahasiswa yang
berdengung membuat Bianca pusing tujuh keliling. Bianca adalah wanita plegmatis yang kadang membenci
keramaian. Ia hanya duduk sendirian, merasakan angin genit yang bermain dengan rambut hitamnya. Kevin
berjalan di depannya namun Kevin peduli, tak mau menatap sosok Bianca yang menunggunya sejak tadi. Bianca terbangun dari bangkunya, ia berlari- lari kecil mengejar sosok Kevin, “Kamu kenapa akhir-akhir ini cuek banget?” Kevin mengarahkan pandangannya pada Bianca, “Emang kenapa? Kamu kan cuma pacarku bukan istriku, salahku kalau nyuekin kamu?” Bianca mengehentikan langkahnya, ia tertunduk seusai mendengar ucapan yang terlontar begitu saja dari bibir Kevin, “Kapan kamu menghargai aku sebagai sosok yang penting dalam hidupmu?” “Kapan? Kenapa bertanya? Bukankah aku selalu menghargai kamu?” tanya Kevin dengan nada keheranan. “Padahal, apa yang tidak kuketahui tentangmu? Semua hal tentangmu tak pernah kecil di mataku. Aku selalu menghargai kamu, menghormati posisimu, dan masih memperlakukanmu dengan baik meskipun kadang kautak menghargai aku.” jelas Bianca dengan matanya yang mulai berair. “Wanita bodoh! Jangan jadikan air matamu sebagai senjata pamungkasmu! Kamu cengeng, kamu berbeda dengan mantanku. Dia jauh lebih kuat daripada kamu!” tungkas Kevin dengan nada tinggi. “Ya… aku memang tidak seperti mantanmu. Aku memang tidak secantik dan setegar dia. Aku memang tidak secerdas dan semandiri dia. Aku jelas-jelas tak luar biasa seperti dia. Tapi, dia hanya masa lalumu, sedangkan aku adalah masa kini yang mungkin akan kaubawa ke masa depanmu!” Bianca menatap Kevin dengan tatapan serius. Tak pernah Kevin melihat Bianca sekeras dan seberani itu. “Kamu memang tidak seperti mantanku.”
ucap Kevin singkat. “Aku memang tidak seperti mantanmu. Aku adalah aku, yang akan luar biasa dengan jalan dan pilihanku sendiri. Kenyataannya kamu memang tidak bisa melupakan mantanmu dan masa lalumu.” ujar Bianca memicingkan mata, tatapannya tajam menatap Kevin. “Bukan urusanmu!” “Dan, aku sangat kecewa pada diriku sendiri, kenapa aku sulit membuatmu lupa pada masa lalumu.” “Masa lalu bukan untuk dilupakan, masa lalu ada untuk dijadikan pelajaran.” Mata Bianca memerah, cahayanya yang bening tak
lagi bersinar dari bola matanya, “Aku juga kecewa pada diriku sendiri, kenapa aku sulit membuatmu jatuh
cinta kepadaku lalu melupakan mantanmu?” Kevin tak tega menatap Bianca, naluri lelakinya keluar, selalu
tak tega menatap wanita yang sedang menangis, “Sudahlah…” ucap Kevin perlahan. “Jangan menangis.”
“Kita akhiri saja semua kalau memang kamu masih memikirkan masa lalumu. Kita akhiri saja semua kalau memang kaulebih merindukan masa lalumu. Kita cukupkan sampai di sini, kalau masa lalumu lebih mampu untuk membahagiakanmu.” “Maksudku bukan seperti itu, Sayang.” dengan nada
sok manja, Kevin menarik lengan Bianca. “Maaf ya?” “Percuma ada kata maaf jika kau tak mau berubah.
Percuma ada kata maaf jika kauterus mengulang kesalahan yang sama. Kembalilah pada masa lalumu, aku juga tak membutuhkan orang sepertimu di masa depanku.” Cetus Bianca, meghempaskan lengan kevin
dari lengannya. Kevin tak menyangka bahwa wanita yang beberapa bulan ini disiksanya juga mampu menyiksanya dengan cara yang menyakitkan. Hukum karma ternyata berlaku, jika seseorang menyakiti hati orang, maka akan ada saatnya hatinya juga akan tersakiti. Kevin hanya mematung menatap Bianca, menatap
punggungnya hilang dari pandangannya. *** Jam waker melakukan tugasnya dengan baik, celotehnya yang berisik membangunkan Kevin yang masih saja terantuk di ujung kantuk. Dimatikannya jam waker itu,
ditariknya lagi selimut yang sejak tadi malam menghangatkan tubuhnya. Matanya menatap jam dinding, sudah
pukul tujuh pagi. Gerakan reflek, ia menatap handphone, tak ada pesan singkat dari Bianca. Tak ada suara
ketukan pintu dari luar. Tak ada lagi wanita yang menyiapkan bubur ayam sebagai sarapan kesukannya. Tak ada sosok wanita yang meletakkan teh hangat di dekat tempat tidurnya. Tak ada lagi Bianca yang memerhatikan sosoknya. Ia merasa kesepian. Rasa membutuhkan dan perasaan akan kehilangan baru ia rasakan ketika ia telah kehilangan. Kevin menghela napas. Ia menarik selimut untuk menghangatkan dadanya. Tubuhnya masih menggigil, demamnya tak juga turun. Entah sudah berapa lama hujan menari-nari
tadi malam, hingga dinginnya masih saja menusuk tulang. Sosok Bianca yang ia harapkan tergopoh-gopoh
membawa obat dan segelas air putih, tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Hanya detak jam dinding yang mendesah perlahan kala itu. Tak ada Bianca. Kevin kembali menghela
napas. Ia menarik selimut menutupi wajahnya. Ada gerimis kecil di matanya, gerimis itu bernama air mata.

Senin, 03 Juni 2013

Kerendahan Hati

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri..

Rabu, 01 Mei 2013

Jangan Pandang Mereka Sebelah Mata

Pernahkan terlintas di pikiran Anda, Lebih hebat manakah kita dengan anak jalanan / pengamen? “Apakah kita yang lebih hebat”?
Mungkin bila kita melihat orang jalanan, pengamen yang selalu yang ada di benak kita adalah anak yang kotor, kumuh, dan nakal. Memang semua itu benar, tapi ada suatu hal yang lebih berharga di balik semua itu. Anak mempunyai suatu keistimewaan yang tidak kita miliki.

Apa keistimewaannya?

Begini, kalau kita lihat setiap hari mereka mampu melawan kekejaman kehidupan hanya untuk 1 tujuan yaitu mencari uang untuk hidup. Walaupun yang didapat sedikit namun mereka tetap bersyukur dan tak mengenal kata (putus asa) untuk kembali berjuang pada hari-hari selanjutnya.

Namun bagaimana dengan kita?

Kita tidak tiap hari merasakan kekejaman dunia, hanya pada waktu tertentu saja namun lebih parahnya kita selalu gampang berputus asa bila mengalami kegagalan dan yang lebih parahnya lagi kita tidak pernah mensyukuri apa yang kita punyai saat ini.

Sekarang mana yang lebih hebat? kita atau mereka?

Mereka yang kumuh, dekil, tapi mereka tau arti hidup yang sebenarnya. Nah kita yang bersih, berpendidikan, apa yang kita inginkan selalu bisa kita dapat tanpa harus meneteskan air peluh, Tetapi kita tidak tau apa itu arti hidup yang sebenarnya, kita tidak tau bagaimana susahnya bertahan hidup. Kita tidak tau bagaimana sulitnya mencari sesuap nasi tanpa bantuan orang tua.
Setiap hari kita makan makanan yang bergizi, lezat dan penuh aneka rasa. Sedangkan kita tidak tau bagaimana susahnya, mencari uang untuk membeli semua apa yang kita mau. Tetapi mereka tau …. (anak jalanan)
Demi untuk sesuap nasi mereka rela kepanasan, kehujanan, bahkan kadang ada yang mencela mereka… dengan hanya bermodal suara yang tidak begitu merdu serta alat yang bisa di jadikan musik. Tapi itu semua tidak bisa membuat mereka untuk menyerah, karna bagi mereka hidup itu memang penuh dengan perjuangan dan hidup itu bukan sebuah pilihan. Jika dengan segitu saja mereka menyerah, dengan apa nanti mereka bisa memperpanjang hidup mereka untuk esok dan dikemudian harinya.

Kesimpulannnya?

Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang tergolong masih kecil harus merasakan kerasnya sebuah kehidupan. Bahkan tidak jarang anak jalanan menjadi korban dan target tindak kekerasan. Janganlah memandang anak jalanan dengan sebelah mata, karena walaupun kita banyak perbedaan yang penting kita bersatu dalam keadaan dan kondisi apapun dan seterusnya, motivasi yang dapat kita ambil  yaitu mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka dapat dan selalu berusaha agar bisa menjadi yang terbaik. Jadi.. hargailah mereka, mereka juga sama seperti kita, tunjukkan kalau kita bersaudara, derita mereka derita kita juga...

Ketika Dicerca

Pada suatu pagi, seorang guru muda berjalan melintasi sebuah desa. Walaupun usianya baru menginjak 24 tahun, namun kepandaian dan kebijaksanaannya terkenal di seluruh penjuru negeri. 
Tiba-tiba, langkahnya dihentikan oleh seorang pemuda yang bertubuh tinggi besar, beraut wajah merah tampak marah dan tidak senang.

"Hei," katanya kasar. "Anda itu tidak berhak mengajari orang lain..!"

Sejurus kemudian, pemuda ini mulai berteriak menantang dan menghina guru muda ini. "Tahu tidak? Anda ini sama saja bodohnya dengan orang lain. Punya kepandaian sedikit saja, sok tahu! Badan begitu kecil nyalimu cukup besar ya. Ayoo...kalau berani kita berkelahi!"

Mendapat "serangan" dari orang yang tak dikenalnya, sang guru muda justru tersenyum dan berkata : "Teman. Jika kamu memberi hadiah untuk seseorang, tapi seseorang itu tidak mengambilnya, siapakah pemilik hadiah itu?"

Si pemuda terkejut, karena tiba-tiba diberi pertanyaan yang aneh. Spontan, ia menjawab lantang, "Pertanyaan bodoh! Tentu saja! Hadiah itu tetap menjadi milikku karena akulah yang memberikan hadiah itu."

Guru muda ini tersenyum, lalu berkata, "Kamu benar. Kamu baru saja memberikan marah dan hinaan kepada saya dan saya tidak menerimanya, apalagi merasa terhina sama sekali. Maka kemarahan dan hinaan itu pun kembali kepadamu. Benar kan? Dan kamu menjadi satu-satunya orang yang tidak bahagia. Bukan saya. Karena sesungguhnya, melampiaskan emosi kemarahan adalah sebuah proses menyakiti diri sendiri. Membangkitkan sel-sel negatif di dalam diri"

Pemuda itu terdiam, mencoba mencerna kata demi kata sang guru. Perlahan tapi pasti, kepala dan hatinya seperti tersiram air dingin, ketika mendapat sebuah kesadaran baru.

Sebelum meninggalkan sang pemuda ini, sang guru muda pun menyampaikan sebuah kata-kata bijak untuknya. "Jika kamu ingin berhenti menyakiti diri sendiri singkirkan kemarahan dan ubahlah menjadi cinta kasih. Ketika kamu membenci orang lain, dirimu sendiri tidak bahagia bahkan tersakiti secara alami. Tetapi ketika kamu mencintai orang lain, semua orang menjadi bahagia."

Pengamen Ibu Kota

terakhir gue naik bis 157 dari Karawaci lagi mau ke Jakarta nih , bus ngetem lama di Pinangsia (sebelum masuk TOL) ... naiklah para pengamen dengan jumlah 3 orang dengan mata merah dan muka kucel, 2 bawa ukulele (selanjutnya sebut saja si A dan Si B) dan 1 tangan kosong (Selanjutnya sebut saja si C),

setelah bis masuk TOL, si C berjalan dari belakang bus menyusuri lorong sambil teriak2 " MAAF BAPAK IBU OM TANTE, KAMI DISINI MAU NYANYI. KAMI TIDAK MEMAKSA BAPAK IBU OM TANTE, TAPI HANYA BERHARAP PEMBERIAN DARI BAPAK IBU OM TANTE WALAUPUN ITU 1000 ATAUPUN 2000, INGAT IBU BAPAK OM TANTE UANG TIDAK DIBAWA MATI. JANGAN SAMPE ADA ALASAN BANJIR BAPAK IBU OM TANTE KAGAK NGASIH DUIT KE KAMI, DUIT 1000 2000 KAGAK DIBAWA BANJIR OM IBU BAPAK TANTE"
muncullah si A dan Si B sambil membawa Ukulele nya dan sambil teriak2 juga " IYA IBU OM TANTE, KAMI DISINI MAU NYANYI, KAMI TIDAK MENODONG APALAGI MEMALAK IBU BAPAK OM TANTE, KAMI HANYA NGAMEN. JADI TOLONG IBU OM TANTE UNTUK NGASIH DUIT 1000 2000 NYA KE KAMI, AGAR KAMI BISA MAKAN MALAM INI"

dan mulailah bernyanyi di barengin dengan suara knalpot mesin Nissan diesel yang NGOAR NGOAR .... tapi saya mendengar nyanyinya kok bisik2 ya? tidak sekeras suara pas SAMBUTAN di awal tadi. alhasil tidak bisa tidur sepanjang perjalanan.
selepas PURIMALL, sang 'musisi' itu menyudahi konsernya, si A bersaut "UDAH AAAHH, SUARA GUE DAH SERAK"

mulailah si C mengangkat topi nya dan berjalan menuju depan bis ... sambil menggoyangkan topi, si C mulai berteriak2 lagi "MOHON SEIKHLASNYA BAPAK IBU OM TANTE, KAMI SUDAH NGAMEN MOHON BAPAK IBU OM TANTE NGASIH DUITNYA. KAMI TIDAK MALAK ATAUPUN NYOPET, KAMI HANYA PENGAMEN" dan terus ngomong sampe belakang

disautin dengan si C " BAPAK IBU TOLONG UANG 1000 2000 NYA, JANGAN SAMPE ADA ALASAN KARENA BANJIR KAGAK NGASIH DUIT 1000 2000, DUIT KAGAK DIBAWA BANJIR, SAYA TIDAK SEGAN2 BERBUAT LEBIH HANYA UNTUK MEMINTA DUIT DARI IBU BAPAK, NYAWAPUN BISA KAMI GADAIKAN, JADI TOLONG IBU BAPAK OM TANTE NGASIH DUITNYA"

yang jadi pertanyaan:
1. itu pengamen apa bukan???
2. Kenapa suaranya pas sambutan kok keras banget, sedangkan pas Nyanyi kok bisik2
3. sudah separah inikah generasi muda saat ini ???
 yang semacam ini sama meresahkannya dengan korupsi :smile: ... korupsi terasanya tidak langsung, kalo ini sangat langsung dampaknya ... orang jadi ogah naik bus karna faktor keamanan juga ... semoga pihak yang berwenang bisa membabat habis jamur macam gini ... perlukah ditembak sekalian? hihihihihihiii just kidding

Kado Terakhir...



Di sebuah perumahan terkenal di jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang ayah, sang ibu telah lama mendahuluinya pergi sejak ia masih kecil. .
Seorang gadis yg akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.
Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia sangat yakin nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu.
Diapun ber’angan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya, Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.
Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan putrinya, dan betapa dia mencintai anak itu.
Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci!
Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Jaket kulit Terkenal,di belakangnya terukir indah namanya dengan sutra emas.
Gadis itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan jaket ini untukku?”
Lalu dia membuang Jaket itu dan lari meninggalkan ayahnya.
Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia hanya berdiri mematung, tak tahu apa yg harus di lakukannya ..
Tahun demi tahun berlalu,
sang gadis telah menjadi seorang yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang wanita karir. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi suami yang tampan dan anak yang cerdas.
Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa sayangnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap buruk terhadap ayahnya.
Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka lemari pakaian ayahnya, dia menemukan Jaket itu, masih terbungkus dengan kertas kado yang sama beberapa tahun yang lalu.

sesuatu jatuh dari bagian kantong Jaket itu. Dia memungutnya.. sebuah kunci mobil! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan! Dia merogoh kantong sebelahnya dan menemukan sesuatu,, di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.
Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk disamping mobil itu, ia menangis. air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang takan mungkin bisa terobati…